KAPTEN CHB SAFIFUDIN DANRAMIL CIREBON UTARA |
Dalam babad tanah Cirebon , menapaki berangkat dari keratuan Singapura yang terletak di Utara Cirebon tepatnya di sebelah utara pasarean Gunung jati yaitu Desa Singapura ( sekarang Desa Sirnabaya ) dan Desa Mertasinga Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Keratuan ini tidak pernah rinci secara runtut oleh Budayawan ataupun Birokrasi Pemerintah, entah kenapa ……padahal peninggalan di Keratuan Singapura meninggalkan nilai KekuasaanAllah yang luar biasa, Ada sebuah Masjid tua ( sekarang direnovasi ) tapi tidak menghilangkan nilai sejarah yang luar biasa. Masjid beratus tahun hingga sekarang mempunyai kekuasaan Allah yang diperlihatkan pada kita semua TIDAK MEMPUNYAI COMBERAN ( limbah air wudhu orang yang Sholat ) hanya terdapat basah dari menampung jutaan liter air jatuh ke tanah tersebut, dari sekian ratus tahun hingga sampai sekarang. Penelitian pun tidak pernah ada , dari sebuah resapan tanah di dalamnya.
Yang lebih lagi, limbah itu oleh masyarakat sekitar berates tahun sampai sekarang sebagai obat penyakit luka menahun, hingga ratusan ribu masyarakat dari ratusan tahun lalu dimanfaatkan , entah kandungan antisepsis jenis apa, apabila diteliti leh para ahli.
Tuturan babad ini ………………………………..
Raja Jaya Dewata menikah dengan Nyai Subang Larang dikarunia 2 (dua) orang putra dan seorang putri, Pangeran Walangsungsang yang lahir pertama tahun 1423 Masehi, kedua Nyai Lara Santang lahir tahun 1426 Masehi. Sedangkan Putra yang ketiga Raja Sengara lahir tahun 1428 Masehi. Pada tahun 1442 Masehi Pangeran Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis Putri Ki Gedheng Danu Warsih dari Pertapaan Gunung Mara Api.
WARKIT ANGGOTA KORAMIL CIREBON UTARA |
Danusela (Ki Gedheng Alang-Alang) oleh masyarakat dipilih sebagai Kuwu yang pertama dan setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana. Atas petunjuk Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah.
Pangeran Walangsungsang mendapat gelar Haji Abdullah Iman dan adiknya Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim, kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari hasil perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sekembalinya dari Mekah, Pangeran Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan, yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai Pakungwati.
Pada Tahun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah setelah berguru di Mekah, Bagdad, Campa dan Samudra Pasai, datang ke Pulau Jawa, mula-mula tiba di Banten kemudian Jawa Timur dan mendapat kesempatan untuk bermusyawarah dengan para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel.Musyawarah tersebut menghasilkansuatu lembaga yang bergerak dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan nama Wali Sanga.
Sebagai anggota dari lembaga tersebut, Syarif Hidayatullah datang ke Carbon untuk menemui Uwaknya, Tumenggung Sri Mangana (Pangeran Walangsungsang) untuk mengajarkan Agama Islam di daerah Carbon dan sekitarnya, maka didirikanlah sebuah padepokan yang disebut pekikiran (di Gunung Sembung sekarang)
Setelah Suna Ampel wafat tahun 1478 Masehi, maka dalam musyawarah Wali Sanga di Tuban, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menggantikan pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Carbon yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan GERAGE. Pada Tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih kondang dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati.
ANGGOTA KORAMIL CIREBON UTARA |
Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon. ( By JPC)
Cirebon dalam kapasitas Kabupaten Cirebon sekarang ini, sudah meninggalkan segala tanaman para pendahulu kita, berebut yang bukan kepentingan masyarakat , prihatin memang kapan mulai malu melihat rekan, saudara dekat wilayah.......
BalasHapusKalo seluruh Tokoh Masyarakat Cirebon khususnya mengerti akan purwadaksinanya Insya Allah Nagari SINGAPURA merupakan cikal bakal adanya NAGARI CIREBON,untuk itu seharusnya para TOKOH MASYARAKATNYA harus bersama-sama untuk saling mengingatkan kepada generasi muda untuk bisa memahami SEJARAH sehingga generasi mudanya tidak PUTUS OBOR adakan sosialisasi. Mantaaaaaaaaaaaaaap dan berjuang demi kemajuan sejarah ke depan
BalasHapus