Sore hari di pinggir pantai Cirebon , angin bertiup perlahan. Menyapu ombak di tepian pantai. Nelayan terlihat sedang memperbaiki jala. Pari kecil bermain nakal di tepian. Lumpur laut terhembus. Lamunan menari. Teripang terpaku. Kerapu kecil bermain lincah diantara bagang ( tempat berteduh ditengah laut ) . Wuusss… sang angin menerpa daun kelapa. Bakau kecilpun bergoyang lincah diterpa sang angin. Terlihat anak nelayan berbaju lusuh bermain bola bertelanjang kaki di atas pasir putih hitam bercampur limbah berlumpur.
HASIL LAUT
KAPAN MENEPIMU NELAYANKU
Beratus mil dari pantai. Di perkotaan rumah berkelas, sejuk, berkursi empuk, berkumpul orang berdasi, berbaju rapi, bersepatu dan menenteng komputer jinjing. Makanan enak. Minuman segar. Ratusan juta uang tertumpah. Berbicara tentang nasib sang nelayan setengah hati, bahkan dianggap lelucon mengisi obrolan.
Terpuruknya kondisi nelayan tradisional , tentunya tidak terlepas dari kondisi ekologis di mana mereka berada. Pada umumnya nelayan berada dan menjadi penghuni desa pantai. Pendidikan formal yang diterima masyarakat desa pantai secara umum jauh lebih rendah daripada non-pantai lainnya.
SEDANG NGITENG
Sarana sosial ekonomi yang tersedia seperti sarana pendidikan, kesehatan dan sarana perhubungan serta komunikasi, umumnya masih sangat rendah. Penyebaran penduduk tidak merata dan sebagian besar terkonsentrasi di daerah pantai yang landai dan daerah muara sungai.
Karena sulitnya perhubungan dan pengadaan atau terbatasnya air tawar (bersih), sanitasi serta sarana hidup lainnya, maka daerah pantai terlihat sebagai daerah kumuh.
Dengan demikian sebenarnya keadaan sosial ekonomi masyarakat pantai boleh dikatakan belum menunjukkan adanya keterlibatan mereka dalam kancah pembangunan, terutama pembangunan dengan pola padat modal dan yang mempergunakan teknologi maju. Masyarakat pantai tampak merupakan enclave dalam keterbelakangan dan kemiskinan. Keadaan di atas sudah barang tentu menjadi suatu mata rantai yang tidak ada putusnya. Oleh sebab itu hasilnya pun sementara ini akan terus berputar ''disekitar'' itu, bersama lamunan yang tidak selesai, menunggu ombak besar berhenti , kapan bisa terlepas dari rentenir – rentenir membelenggunya.
0 komentar:
Posting Komentar