Depan Komplek Gunung Jati |
Upacara pelal Panjang Jimat merupakan puncak dari serangkaian berbagai acara tradisi Muludan yang berlangsung di Keraton Kasepuhan, Keraton Kasultanan Kanoman dan Keraton Kacirebonan juga di Komplek Makam Sunan Gunung jati. Bagi masyarakat kota Cirebon dan sekitarnya, acara tradisi Muludan tersebut sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka sejak kecil.
Menurut Abdul Ghofar Abu Nidalloh dalam bukunya "Mengaji pada Sunan Gunung Jati" ;
Pelal adalah asimilasi atau penyerapan dari kata fadhal (Arab) yang berarti keutamaan atau afdhal artinya utama. malam pelal bermakna suatu malam dimana Allah menurunkan keutamaan bagi bumi dan penghuninya, yaitu dengan kelahiran bayi yang kelak akan menjadi nabi yang suci, yaitu Muhammad SAW.
SATGAS ACARA PELAL |
PEMBAWA PANJANG JIMAT |
adalah dua peristiwa. yang pertama adalah pembacaan maulid deiba'i, bertempat di Paseban Agung Pesambangan. Pembacaan prosa sejarah Nabi Muhammad ini diikuti oleh para sesepuh dan tokoh mayarakat Gunung Jati dan sekitarnya dan juga oleh para santri dan masyarakat secara luas. Sedangkan yang kedua adalah iringan panjang jimat yang diantar dari kediaman Jeneng menuju pesambangan di tengah-tengah pembacaan maulid deiba'i.
Malam itu hampir ribuan orang memenuhi sepanjang perjalanan yang akan dilalui iring-iringan panjang jimat. Mereka berdiri berdesak-desakan, berjubel saling berimpit menanti dengan penuh harapan dapat memperoleh berkah sebanyak-banyaknya dari keluarnya panjang jimat ini.
PINISEPUH PENGAWAL PELAL |
PINISEPU PELAL |
Panjang jimat adalah iring-iringan symbol-simbol yang ada di pesambangan. Sedangkan jimat sendiri berasal dari kata "siji sing kedah dirumat", satu yang harus tetap dipelihara, dijaga agar tetap lestari keberadaannya.
Dan yang satu itu adalah kelip keimanan dalam hati, yang telah ditanam oleh Nabi Muhammad saw. yang dibawa melalui kelahiran beliau malam ini. Sebagaimana digambarkan dalam iringan panjang jimat yaitu menjaga sebuah lilin agar tetap menyala hingga ahir tujuan (hidup), yaitu pesambangan (pertemuan dengan Tuhan).
Terlihat sekali gambaran pesan moral itu dalam iringan panjang jimat ini.
KAPTEN CHB SAFIFUDIN |
gambaran iringan panjangjimat itu sebagai berikut:
PENGAWAL PELAL KORAMIL CIREBON UTARA |
ANGGOTA KORAMIL CIREBON UTARA |
Sekarang dirampingkan, dengan tidak meninggalkan simbol¬-simbol utamanya yaitu sebuah kemung, sosok jeneng dan sebuah lilin yang menyala.
Rosululloh Muhammad SAW.
adalah kekasih yang mulia, yang Allah memakaikannya dengan pakaian ketenangan dan kepedulian yang tinggi, dan mencemerlangkan wajahnya dengan kewibawaan dan keutamaan serta Allah menaburi kepalanya dengan ketaatan.
adalah kekasih yang mulia, yang Allah memakaikannya dengan pakaian ketenangan dan kepedulian yang tinggi, dan mencemerlangkan wajahnya dengan kewibawaan dan keutamaan serta Allah menaburi kepalanya dengan ketaatan.
Ternyata kelipan cahaya lilin itu adalah Nur Muhammad, cahaya muhammad yang dengannya Allah menciptakan alam semesta ini.
Dan dengan Nur Muhammad, Allah memberikan hukum agar makhluk-Nya bisa menjalani kehidupan.
KESIAPAN TNI ACARA PELAL |
Nur Muhammad yang menjadi penerang atas gulita dijagat raya ini, maka jagalah, peliharalah, rumatlah jangan sampai meredup lalu padam. Inilah yang digambarkan oleh iring-iringan panjang jimat pada malam pelal di Gunung Jati.
Brekat Pelal
Brekat pelal berupa ketan rasul yaitu iketana ajaran Rosulallah Muhammad SAW. Di Gunung Jati, ketan rasul itu terdiri dari
1. Nasi ketan berwarna putih atau kuning
2. Cemplung
3. Serundeng
4. Uyo sango
5. Kacang goreng
6. Dadar terigu yang diler atau diiris tipis-tipis
7. Telur asin yang dibelah empat atau delapan
8. Gesek atau ikan asin.
Yang dapat kita tangkap dari isi ketan rasul ini adalah suatu ikatan atau kebersamaan/kebersatuan yang suci (putih) atau yang agung (kuning) dari berbagai elemen masyarakat Pantura yang diwakili oleh gesek sebagai simbol masyarakat nelayan, kacang dan kelapa mewakili masyarakat petani, telur mewakili masyarakat peternak dan dadar terigu yang dibuat tipis dan lebar mewakili pedagang yang menggelar modal. Iketan suci (biasa kita melafalkannya dengan shilaturrahmi atau persatuan dan kesatuan) adalah modal dasar untuk terciptanya masyarakat yang harmonis, kuat dan mandiri. Hal yang menjadi dasar dari penyebaran agama islam yang menyeluruh dan menyentuh segala lapisan masyarakat.
:
:
0 komentar:
Posting Komentar